The Memory came back

Tak dapat dipungkiri. Masa lalu itu masih terbayang. Takkan pernah hilang. Mungkin sempat hilang, hanya sejenak. Namun pasti kembali. Meskipun hal itu tidak diinginkan. Memories came back. Reuni yang berujung memuntahkan kembali "kenangan" Arna di masa lalu. Apakah ini keinginannya? Hhmm tentu tidak. Hal itu justru ingin dilupakan olehnya, meskipun sulit dan butuh bertahun-tahun. Hal ini yang menjadikannya orang yang dingin. No feeling, just flat.



Tak disangka. Hanya dengan semalam, usaha yang dilakukan selama bertahun-tahun itu sia-sia. Reuni semasa Sekolah Dasar yang sudah direncakan selama beberapa bulan, akhirnya terwujud. Awalnya rencana itu tak dipedulikan oleh Arna, aah dimulut saja, hanya rencana, tak akan terwujud. Remehnya. Beberapa hari setelahnya, tanggal, waktu dan tempat sudah rilis di forum reuni. Benarkah ? Adakah yang datang ke acara itu ? Siapa saja yang datang ?

Reuni diadakan selama 2 hari 1 malam di luar kota. Bagi yang sudah berkeluarga diperkenankan untuk mengikutsertakan keluarga mereka. Bagi yang single, yaaaaah sudah terlihatlah ya. Arna mencoba untuk ikutserta dalam acara itu. Tempat yang ditentukan sudah menjadi titik kumpul. Jadi untuk partisipan, berangkat menggunakan kendaraan mereka masing-masing. Begitu juga dengan Arna. Ia mengendarai mobilnya sendiri. 
Perjalanan yang begitu panjang, ditempuh sendirian oleh Arna tak membuatnya bosan. Ia terlalu sering menikmati kesendiriannya. 

Tak terasa, sudah terlihat di depan mata, rumah panggung dengan tangga di sisi kanan dan kirinya ditambah dengan ruangan besar di bawahnya seperti small hall. Teduh dan asri. Bisa disebut, Private Villa. Ya, itu Villanya. Selayaknya acara reuni, temu kangen, saling cerita masa lalu, cerita hal-hal yang sudah dilalui bahkan hal-hal memalukan semasa sekolah dulu juga menjadi topik yang sangat menarik. Tak terlepas juga masa-masa Cinta Monyet. Ah, ini yang harus dihindari Arna. Apa iya Arna bisa menghindar ? Semua teman kelasnya pasti menjadikannya bahan, itu pasti. Tapi hal itu sudah Arna sadari sejak awal mengikuti reuni ini. Baginya, yang sudah berlalu, biarlah berlalu dan menjadi pelajaran untuknya sendiri.

Tak lama dari perbincangan mereka di Hall, mereka memasuki kamar Villa yang sudah disewa untuk menginap semalam itu. Masing-masing sudah meletakkan barang bawaan mereka di kamar masing-masing. Kemudian berkumpul kembali di lorong depan kamar mereka masing-masing. Arna pun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan teman-temannya, dan kebetulan dia tidak punya teman sekamar alias roommate.

Arna keluar dari kamarnya sembari meletakkan barang yang ia bawa dan berdiri tepat di depan pintu kamar Villanya. Awalnya tidak ada yang aneh, karena semua temannya sudah berdiri di depan pintu kamar mereka masing-masing.

Sampai terdengar suara, "ciyeee ciyeee sebelahan, CLBK nih yeeee". Julian, ia yang mengatakan itu. Arna tak menghiraukan kalimat itu awalnya, sampai dia melihat Julian menatapnya dan sebelah kiri Arna. Siapa ? Arna terbelalak. Kaget, jika kalimat itu ditujukan padanya. Raut wajah dan matanya tidak dapat menyembunyikan ekspresi tanda tanya. Semakin riyuh dengan bantuan suara teman-teman lain untuk menggoda Arna.

"Siapa ? Aku ? Aku CL...", belum menyelesaikan kalimatnya pada Julian, sambil Arna menoleh ke sisi kirinya.

Kaget. Deg-degan. Kecewa. Marah. Senang ? yah sedikit. 
It's been long time, dude
Terdiam. Dan hanya itu yang dapat ia katakan dalam hati. Yah, yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Tak perlu diungkit kembali. Namun, harapan itu tidak terwujud. Berkumpul dengan banyak orang, banyak orang dan banyak kepala dan isi otak pun berbeda. Arna tidak bisa memaksakan teman-temannya untuk tidak mengungkit cerita lamanya yang sudah lalu.

"udah CLBK deh sana. hahaha", ujar Julian sambil tertawa.

"ya ampun yah udahlah yah, udah lewat juga. udah lalu kok.", balas Arna pada Julian sambil berlalu meninggalkan teman-temannya dan menuju anak tangga.

Rido. Ya, laki-laki itu yang membuatnya menjadi wanita dingin.

"tunggu!", Rido mengejar Arna sembari menarik tangan Arna. Terdiam lagi.

Julian yang paham akan situasi itu, mengajak semuanya turun melalui tangga sisi kiri Villa untuk berkumpul kembali di Small hall dan meninggalkan Rido dan Arna.

***********

Rido dan Arna mempunyai cerita lama. Mungkin hanya Arna yang merasakan itu. Sampai pada akhirnya dia mulai sadar bahwa dia memang bukan ditakdirkan untuknya. Cukup lama Arna berjuang sendiri untuk mengobati lukanya. Arna paham, Rido tidak akan merasakan hal yang sama. Daripada Arna menyakiti dirinya dan Rido, Arna lebih baik mundur perlahan. Sakit. Sudah jelas. But, you have to.

Merasa lucu. Pengalaman ini banyak orang menyebutnya cinta monyet. hahahaha. Namanya juga masih kecil. Belum cukup umur. Tapi entahlah, ini melekat di benak Arna. Tak semudah itu melupakan seseorang. Tak semudah itu meninggalkan memori yang sudah mereka jalani.

************

Arna mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Rido.

"kamu denger kata mereka ?", pertanyaan itu terujar dari Rido untuk Arna.

"iya denger, terus ? memangnya kenapa ? sudah aku jawab juga kan tadi", balas Arna sambil berbalik ke arah Rido.

"ya udah kita lakuin", Rido menarik tangan kanan Arna kembali.

Mendengar kalimat Rido membuat Arna marah. "Maksudmu ?" tanya Arna kembali.

"ya udah, ayo kita jalanin apa yang mereka bilang", ucapan Rido semakin membuat Arna mendidih. Mata Arna berkaca-kaca.
How can you say that ? How dare you say that to me ?
Andai saja kalimat itu dikatakan Rido 10 tahun yang lalu, akan mengubah segalanya. Dan bahkan kalimat itu dikatakan Rido ketika Rido juga sudah memiliki seseorang yang sudah lama di hidupnya. It's heartless. Rido dan wanita itu memang belum menikah, but, it's still heartless. It's so heartless for her

"hei, kamu anggap aku apa? cadanganmu ? are you losing your mind ?", tak tahan Arna dengan Rido.

"maaf yah, yah aku memang cinta sama kamu dulu sampai sekarangpun masih ada sedikit rasa itu, tapi jangan kamu berani ngomong gitu ketika kamu masih punya dia, wanita yang bener-bener kamu cintai, bukan aku. Aku lebih baik, aku yang mundur. Kamu punya hidupmu sendiri, aku pun punya hidupku sendiri yang berhak untuk bahagia." Arna kembali ke kamar untuk mengambil semua barangnya dan kembali pulang.

Arna tak tahan dan akhirnya memilih untuk berlalu pergi meninggalkan acara reuni tersebut.

Wow. Hanya semalam. Kenangan itu muncul lalu dihancurkan lagi oleh orang yang sama.

Jangan mencoba menghibur wanita yang mencintaimu dengan cara berpura-pura mencintai dan bahkan menjalin hubungan agar wanita itu senang. 
It's so cruel

Contact Form

Name

Email *

Message *