Never Say Goodbye, Dude !!!
kejadian itu cepet banget sih
sama-sama stresss
sama-sama depresi
untungnya masih gak akut
stress masih di batas sewajarnya
temen cowok paling deket dari sejak semester 2 kuliah. up and down kita bareng2. susah sedih seneng2 saling menghibur pun bareng2.
gatau juga kenapa bisa sama, jarang ketemu juga , kita deket tapi ternyata gak sedekat itu kok. masih banyak yang aku gatau dari dia. bahkan selama ini kita kenal , aku juga gak tau ternyata sama2 suka karaoke juga
dan cara melepas penatnya juga dengan cara yang sama , itu karaoke.
sampe suatu kejadian setelah lebaran 2019 yang bikin akhirnya dia ngejauh. gatau letak salahnya dimana.
kalo flashback , yang salah sih jelas dia. cuma aku gak bisa bahas ini , too private for me.
aku yang harusnya marah
aku yang harusnya ngejauh
aku yang harusnya murka
aku yang harusnya benci
aku yang harusnya gak mau ketemu dia
harusnya aku ...
tapi kenapa jadi dia yang ngejauh yah ? aneh sih. amat sangat ngerasa aneh.
dan rasanya males jg nyari sapa yang salah sapa yang bener. toh kita berteman , semua masih bisa di omongin baik2.
tapi malam itu juga dia langsung minta maaf. its okay lah. dia temen ku. bakal aku maafin.
tapi boleh kan minta klarifikasi kenapa sampe ada kejadian itu.
ketika sudah dimaafin dan dianggep gak ada apa2. beberapa hari kemudian, coba menanyakan ke dia, mau tau penjelasan dari dia.
dan saat itu juga dia gak jawab apapun. gak baca chat ku, gak angkat telpon ku.
am i wrong ? salah ya aku nanyain itu.
yang awalnya kita chat seru becanda dengan kebodoran kita, tapi pikiran ku gak bisa lepas dari kejadian sebelumnya, tetiba dia gak bales chat padahal online. bahkan baca chat ku, tapi gak bales chat. he pushed me away.
did i make your heart break with this question ? did i do something wrong to you ? doesn't make sense.
aku coba memahami keadaan ini, terlebih keadaannya. i gave him a lot of time that he need. tapi gak bisa kayak gini terlalu lama. gak suka keadaan yang kayak gini, gak jelas. aku cuma butuh kejelasan. butuh klarifikasi aja. he could say anything he want, actually.
suatu ketika, aku ketemu sama salah satu temen kelas di kuliahnya. sebut saja Mahmud. aku gatau seberapa dekat mereka yang aku tau cuma mereka berteman. entah apa yang ada dipikiran ku saat itu. tibatiba aku mendadak menanyakan hal yang gak biasa. padahal selama ini Mahmud pun tau aku paling deket sama Rizal. "kamu ketemu sama Rizal gak ? tau kabarnya Rizal gak?", pertanyaan itu yang dinilai aneh.
sekalipun jawab "gpp", tapi dia tau pasti ada apa2 antara aku sama temennya itu. akhirnya Mahmud berusaha bantuin klo ketemu Rizal, dia bakal bilang ke aku.
beberapa hari tanpa kabar, tanpa ngobrol , tanpa becanda , tanpa cerita-cerita random , asli sepi banget. sunyi banget. something had missing. tapi mau gak mau masih tetep harus dijalani, itupun untuk waktu yang tidak dapat diperkirakan.
akhirnya, ketemu lagi sama Mahmud di parkiran motor kampus dan aku samperin dia. jauh di belakang Mahmud, ada sosok cowok yang udah gak asing. Tubuhku di depan Mahmud, tapi mataku tetap mengarah ke Rizal yang berjarak cukup jauh dari posisi aku dan Mahmud berdiri. Rizal dan aku pun sempet kontak mata, tapi Rizal coba menghindari kontak mata itu. Mahmud sadar dengan objek yang telah beberapa menit ku lihat. Rizal terlihat sangat terburu-buru. still wondering.
"dia mau ke bandara makanya cepet2an kayak gitu", Mahmud membuatku terbelalak seolah bertanya, kemana ?
Rizal pun cukup tertutup saat itu, jadi Mahmud gak bisa ngasih info lebih. Rizal dan motornya sudah melaju menuju bandara saat itu juga. Tanpa berpikir panjang, aku minta Mahmud untuk mengikuti Rizal ke bandara.
ngerasa gak percaya dan gak nyangka aja. secepat ini pertemanan kita berlalu. ga bisa kah diperbaiki ? ga bisa kah kita ngomong sebentar ? sepatah dua patah kata ? say goodbye ?
sesampainya di bandara, aku pun berlarian mencari ke segala sudut bandara buat nemuin Rizal. beneran nih perginya kayak gini ? beneran berakhir kayak gini ? aku gamau kehilangan kesempatan untuk memperbaiki sekalipun dengan minta maaf dan sampe berlutut. jika memang itu salahku , salahkan aku , tapi paling tidak ada kata-kata sekali saja yang terucap.
udahlah nyerah, pas akhirnya aku liat sesosok lelaki yang memasuki Gate menuju pesawat melalui garbarata. Kok sakit ya diginiin ? sesak banget berasa ga bisa napas. Sakitnya sampe ke tenggorokan. Tertunduk lemas di bawah tanaman kecil di sudut bandara sambil melihat Rizal melaju menghilang memasuki Gate.
Okay , we're end up like this , aren't we ?
berusaha merelakan sesuatu , tapi tidak semudah itu. masih terus memikirkan yang menjadi ganjalan pikiran. tanpa sadar ternyata rasa sesak itu berubah menjadi air mata yang menetes. Tangis ku tak tertahankan. Tidak adakah sepatah dua patah kata sebelum pergi ? Tidakkah sekali saja melihatku sebelum pergi ?
Tidak !!!
Tersungkur duduk di sudut salah satu bandara dengan hiasan pot tanaman yang cukup besar untuk duduk bersandar. Entah berapa lama menutup wajah dengan mengalirnya air mata dalam telapak tangan. Air mata yang susah dihentikan. Sadar sadarrr, batinku.
“Mbak, kenapa kok nangis disini?”, tiba2 muncul suara lelaki. Gak ada feeling apa2, tiba2 berdiri sambil tertunduk dgn ngehapus air mata biar gak jadi bahan pembicaraan di area sekitar bandara. Takutnya dianggep ada orang gila nangis di bandara. Sembari berdiri sedikit terlihat sepatu ato postur kaki yang cukup faniliar. Kucoba melihat wajah sesosok yang menegur tangisanku. Speechless. Kembali terduduk dan seketika itu memeluk sosok laki2 yang ada di hadapanku itu. Ya dia kembali.
Is it real ?
Masih gak percaya dgn kejadian itu klo dia kembali. Seneng smpe nangis itu ternyata ada. Ini kedua kalinya merasakan rasa senang sampai menangis.