Happy for You

Undangan terselip di bawah pintu. “apa ini? Dari siapa ya?”, tanya dalam hatinya. Mematung membaca undangan yang ada di tangannya.
Mengikis rasa selama bertahun-tahun, kemudian mendapatkan kabar, Reuni Akbar seragam putih biru akan dihelat di sebuah hotel mewah di Kota Pahlawan.
Apa kabar ?
"Tak seharusnyakah aku menanyakan itu ? Tak bolehkah aku melontarkan pertanyaan ini ?", pertanyaan itu muncul tiba-tiba ketika ia tak sengaja melihat foto laki-laki yang lama akan ia ikhlaskan dengan sosok perempuan lain. Yang Arna pun sudah mengetahui dengan jelas apa jawabannya.

Teringat kembali Maret 2016 lalu, meninggalkan luka dalam untuk Arna. Tak mampu bernapas hanya untuk menahan tangis. Tak mampu berfikir hanya karna tidak ingin teringat masa-masa itu. Dunianya hancur.

Bahkan jauh sebelum Maret 2016, sang istri sudah mau berteman juga dengan Arna. Ya, bukan berteman dalam dunia nyata hanya berteman dalam sosial media. Instragam yang kini hampir dimiliki oleh semua penduduk dunia, menjadi jembatan pertemanan tanpa bersua antara sang Istri dan Arna.

Setahun pernikahan dua sejoli ini berlalu. Komunikasi antara keluarga kecil itu dan Arna hilang begitu saja. Arna pun tak ada keberanian untuk memulai komunikasi. Mereka memang tak saling kenal secara personal. They just knew name each other. Entah apa yang ada dipikiran Arna ketika dia memulai untuk menjadi "stalker" kembali. 

Mungkinkah ?
Mungkinkah ini cara yang tepat ?
Mungkinkan melihat kebahagiaan kalian dari jauh menjadi pilihan terakhir Arna agar hidupnya kembali normal ?

Apakah Arna ingin melatih dirinya sendiri agar semakin kuat? We'll see...
Pertama kali stalking, "ah d*mn!" keluarga itu ku lihat di depan mata. Begitu bahagia. Keceriaan. Kebahagiaan. Suka cita itu terlihat dari sorot mata yang kau miliki. Wanitamu yang sah dan si kecil duplikat mu.

i'm just WOW. I'm happy for you, your mini family.
I’d love to see you, but Something in my lungs. I couldnt breath

Setahun berjalan, usaha Arna mulai membuahkan hasil. Rasa yang tersimpan selama 10 tahun lebih, mungkin hampir belasan tahun, harus diikhlaskan, dihilangkan, bahkan dilenyapkan. Tuhan mungkin memberikan latihan untuk Arna. Latihan dan belajar mengikhlaskan suatu hal di Dunia yang ditakdirkan memang bukan untuknya. Yang dipikirkan Arna sekarang,
apakah bisa aku memulai dari awal ? atau hanya bertemu keluarga kecil kalian ? Can i see them in a real life ? terlalu ekstrimkah aku ingin menggendong duplikat mu ?

I'm sooooo happy to see you happy now, really , i mean it

Perasaan tak mudah berubah begitu saja. Ada niat, ada support, ada faktor lain agar merubah perasaan itu. Yah, tidak cepat, tidak mudah, proses panjang yang harus dilalui. Jika ingin berubah, ya terpaksa harus melewati sakit dulu. Bimsalabim, dan perih itu hilang begitu saja? Dirasa tidak mungkin, semua butuh proses, terlebih proses mengikhlaskan.

Tersadar Arna masih memegang undangan itu. Kembali ia baca undangan itu sampai selesai. Antara hambar dan antusias untuk ikut andil acara itu.
Ah bisa ketemu sama temen-temen lama nih, tapi ....
Masih ada hal lain yang dipikirkannya jika datang ke acara itu. Semua angkatan akan datang dari yang tidak dikenali Arna sampai angkatan di bawah Arna.
Terlebih, datangkah ia ?

Buru-buru Arna hapus pikirannya tentang hal itu. Kesempatan ini membuatnya bertemu banyak orang lagi. Tak terasa hari Reuni tiba. Cemas. Sejauh mata memandang, tak ada yang ia kenal. Semakin kesini, semakin lupa dengan teman-teman masa SMP. Tak terpikir untuk membuat janji dengan teman dekatnya waktu dulu, Kiki. Sampai ada yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Hei Arna! Aku kira kamu gak akan datang", Kiki datang langsung mengenali Arna. Kiki yang mengetahui semua kisah Arna dulu, sehingga menyimpulkan kemungkinan Arna tak datang ke acara reuni.

"dateng dong, kan mau reunian sama kamu. Kalo gak gini, gimana bisa kita ketemu lagi. Ya kan ?", jawab Arna sambil tersenyum dan memberi pelukan pada Kiki. Kesibukan Arna membuatnya jarang bertemu kawan lamanya. Terakhir bertemu, Arna menghadiri pernikahan Kiki 2 tahun lalu.

"yaaa jadi harus dipaksa yah. Jangan sibuk-sibuk ah. Kapan ketemu jodohnya kalo gitu ? Eh becanda yaaah Na. hehehe", pembahasan mulai mengarah. "duduk sana yuk ?", ajakan Kiki sambil menggandeng Arna duduk di depan sebuah air mancur yang cukup menenangkan dengan lampu yang tidak terlalu redup. Konsep reuni yang bagus. Indoor dan Outdoor dengan air mancur dengan suara gemericik air yang tak begitu deras. Sangat menenangkan. Akan menjadi spot favorit Arna disana.

Kiki paham betul apa yang disenangi Arna, sampai sekarang pun masih ia lakukan untuk Arna. Tak terganggu dengan lalu lalang tamu lainnya, Arna dan Kiki asik berbincang. Berbincang semua yang belum sempat ia ceritakan pada Kiki. Cukup lama berbincang hingga senja menyapa kala itu.

"Na, aku ambil minum dulu yah ke dalem. Kamu mau minum apa ? Aku ambilin.", tawaran Kiki pada Arna.

"Samain aja deh Kik, hehehe makasih yah.", jawab Arna.

Kiki berlalu meninggalkan Arna ditemani senja dan gemericik air yang menenangkan pikirannya. Namun, Arna tak duduk sendirian. Tersadar sebelah kanan kirinya mulai banyak reunians datang. Arna yang duduk serong ke kanan, sehingga membelakangi seseorang yang duduk di sebelah kirinya. Baby stroller terhenti di sisi kiri Arna dengan tudung yang masih tertutup. Arna hanya melirik. Tak terlihat di dalam baby stroller itu ada bayi atau tidak.

Arna tak begitu memperdulikan hal itu, dan tidak menoleh terlalu jauh ke sebelah kirinya. Masih saja Arna menikmati senja dan gemericik air. Tangisan bayi dari baby stroller membuyarkan lamunan Arna. Dibukalah tudung baby stroller itu. Arna pun memutar badan 90 derajat.

"Bayi itu ? Kenapa mirip sekali ?", batinnya berkata.


Sang ibu tepat di sebelah kiri Arna mencoba mengeluarkan si Bayi dari baby stroller. Entah perasaan apa yang muncul di hati Arna. Tak bisa dideskripsikan. 

That's his duplicate and his wife 

Berusaha menyembunyikan perasaannya, Arna tersenyum.

I meet them. I meet your duplicate. Your beautiful duplicate.

"aku udah ketemu dia, gak ada satu meter, tepat di sebelahku. Aku mau menyentuh anakmu. Hanya menyentuhnya. Can I ?", kalimat-kalimat itu selalu muncul dipikirannya.

"kenapa adek cantik ? kenapa nangis ? anak cantik jangan nangis yah ?", mencoba berbicara dengan si Baby sambil menyentuh tangannya.

Ah i can't handle this. I just want more, not only this touch.

Arna menyodorkan tangannya pada si Baby dengan tersenyum agar mau digendong olehnya. Tak disangka, si Baby menyambut tangan Arna. Digendong dan dipangku oleh Arna membuat si Baby terdiam. Feels like, i can communicate with this baby girl. Moment itu membuat Arna tak sadar bahwa ada sang Ibu baby girls disisinya. Seketika, dunianya hanya Arna dan si Baby girl. How lucky me.

Sudah tak ada perasaan takut
Perasaan sakit kehilangan
Perasaan perih melihat mereka secara langsung

Menyentuh bayimu, membuatku merelakan mu dengan kebahagiaan yang kau miliki kini.

Tak kusangka, keputusanku untuk datang, akan memberikan ku moment indah ini.

Kuharap ada moment lain seperti ini yang semakin mendukungku untuk hidup kembali normal


I just can say one more time, or in million times,

I'm really happy for you and your life.
to see you happy , it can make me happier



See you in another life

Contact Form

Name

Email *

Message *